PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bidang studi proses belajar
mengajar semakin meminta perhatian di kalangan peminat dan ahli ilmu
pendidikan dan keguruan. Hal ini erat kaitannya dengan Visi dan Misi
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang berfungsi menyiapkan tenaga
professional kependidikan. Dengan demikian, merupakan suatu kebutuhan
bahkan keharusan bagi setiap tenaga kependidikan ( guru, non guru dan
tenaga kependidikan lainnya ) menguasai kompetensi di bidang proses
belajar mengajar atau proses pengajaran / pembelajaran ( Hamalik, 2008: v
).
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Guru sebagai orang yang melaksanakan proses belajar mengajar tersebut
harus dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarakan serta dalam proses belajar mengajar guru harus bisa
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dimana siswa dituntun untuk
belajar sendiri dan berpikir kritis dalam proses belajar sehingga siswa
menjadi aktif dalam belajar dan proses belajar mengajar itu menjadi
“Student Centered”.
Pengajaran yang berpusat pada siswa ( Student
Centered ) adalah proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan
minat siswa. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dirancang
untuk menyediakan system belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan
dan gaya belajar siswa. Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan
sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang ( Hamalik, 2008: 201 )
Salah
satu metode pembelajaran yang proses belajar berpusat pada siswa yaitu
metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery. Menurut Hamalik (
2008, 219 ) Pengajaran inquiry ini dibentuk atas dasar discovery, sebab
seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiscovery dan kemampuan
lainnya. Pengajaran berdasarkan inquiry ( inquiry – based teaching )
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa ( student – centered
strategy ) dimana kelompok – kelompok siswa dibawa kedalam suatu
persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di dalam
suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas
(Hamalik, 2008 : 220 ). Sedangkan Discovery adalah suatu strategi dimana
guru mengizinkan agar siswa melakukan penemuan sendiri informasi dalam
suasana tradisional padahal analisis yang sederhanan itu hanyalah
merupakan pratek suatu strategi yang lebih kompleks ( Hamalik, 2008 :
134 ),
`Menurut Hamalik ( 2008 : 220 ), mendefinisikan metode
pembelajaran inquiry berorientasi discovery sebagai situasi – situasi
akademik dimana kelompok – kelompok kecil siswa ( yang terdiri atas 4
sampai 6 orang anggota ) mencari jawaban – jawaban terhadap topik –
topik inquiri. Dalam situasi – situasi tersebut, para siswa dapat
menemukan konsep atau rincian informasi.
Untuk itu, penggunaan
metode inquiry berorientasi discovery yang berpusat pada siswa perlu di
praktekkan dalam kegiatan belajar mengajar karena metode ini inquiry
berorientasi discovery selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam
maslah – masalah yang dibahas. Siswa diprogramkan agar selalu aktif,
secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru, tidak hanya
diberitahukan begitu saja dan diterima oleh siswa, namun siswa
diusahakan sedemikian rupa hingga mereka memperoleh berbagai pengalaman
dalam rangka “menemukan sendiri” konsep – konsep yang direncanakan oleh
guru ( Ahmadi, 2005: 79 ). Metode ini mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan deduktif melalui pengalaman – pengalaman kelompok
dimana siswa berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama – sama
mencari pengetahuan. Dalam metode ini, guru ditempatkan sebagai
fasilitator, narasumber dan penyuluhan bukan sebagi sumber informasi
utama. Melalui metode ini, siswa diarahkan untuk menemukan suatu
pengetahuan sendiri, bukan di jejali dengan pengetahuan (hamalik, 2008:
220-221 ). Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung ini dianggap sesuai dengan
inti dari metode inquiry berorientasi discovery yang menekankan pada
penyelidikan yang berorientasi pada penemuan. Pada materi ini, siswa
dapat meyelidiki dari mana dapatnya rumus – rumus yang ada pada materi
lingkaran tersebut sampai akhirnya mereka memperoleh suatu penemuan
sendiri.
Kegiatan pembelajaran yang selama ini sebagian dilakukan
oleh guru khususnya guru matematika di SMP Negeri 2 Palembang masih
secara klasikal. Dimana siswa hanya terfokus pada pembelajaran yang
lebih ditekankan pada metode yang banyak di warnai dengan ceramah,
menoton pada guru seperti salah satu materi di SMP kelas XI yaitu
materi Bangun Ruang Sisi Lengkung guru hanya memberikan rurmus – rumus
yang sudah jadi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelidiki dan menemukan dari mana rumus itu di dapatkan sehingga hal
tersebut membuat siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar dan
rendahnya hasil belajar siswa tersebut, hal itu dilihat dari hasil
belajar siswa yang rata – rata hasil belajarnya masih di bawah 5, 5
sehingga belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) dalam
kegiatan belajar mengajar .
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan aktivitas dan
hasil belajar anak didik dalam pembelajaran matematika dengan judul
“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRI BERORIENTASI DISKOVERI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 PALEMBANG”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar
selama diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery
pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang ?
2.
Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran
inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2
Palembang ?
1.3.Pembatasan Masalah
Agar pemasalahan
permasalahan lebih fokus dan tidak salah pengertian terhadap masalah
yang diteliti serta keterbatasan yang penulis miliki dalam melakukan
penelitian, maka ruang lingkup permasalahannya penulis batasi sebagai
berikut :
1. Penerapan yang dimaksud adalah penerapan
metode pembelajarn inquiry berorientasi discovery pada pelajaran
matematika di SMP Negeri 2 Palembang.
2. Metode inquiry
berorientasi discovery adalah suatu metode pembelajaran yang pada proses
pembelajarannya siswa dituntut melakukan “penyelidikan” hingga akhirnya
mendapat suatu “penemuan”.
3. Aktivitas yang dimaksud
adalah aktivitas siswa selama penerapan metode pembelajaran inquiry
berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2
Palembang.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil
belajar setelah penerapan metode pembelajaran inquiry berorientasi
discovery yang dilihat dari tes essay.
5. Materi pada
penelitian ini adalah Bangun Ruang Sisi Lengkung ( Luas selimut tabung,
kerucut, bola dan volume sisi lengkung bangun ruang )
6. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI di SMP Negeri 2 Palembang.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui :
1.
Aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar selama
diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada
pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.
2. Hasil
belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiry
berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2
Palembang.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah :
1.
Bagi guru sebagai pengetahuan guna meningkatkan dan
mengembangkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dicapai hasil
belajar yang baik.
2. Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran
Peranan
guru sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan materi
yang banyak dan waktu yang terbatas siswa kurang memahami pelajaran
yang diajarkan oleh guru. Ini tidak terlepas dari kemampuan guru
merancang dan mengelolah proses pembelajaran yang membuat siswa dapat
belajar dengan baik.
Pembelajaran merupakan istilah yang lebih
dipengaruhi oleh perkembangan hasil – hasil teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek
belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam penataan proses
belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara
individual mempelajari bahan pelajaran. Jika dalam istilah “mengajar (
pengajaran )” menempatkan guru sebagai “pemeran utama” memberikan
informasi, maka dalam “pembelajaran” guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, mengelolah berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari
siswa ( Sanjaya, 2008 : 79 ).
Hamalik (2008 : 57 ), pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran adalah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan ( Segala, 2009 : 61 ).
Sedangkan
menurut UUSPN No.20 tahun 2003 dalam Segala ( 2009: 62 ) menyatakan
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berdasarkan
pendapat – pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses interaksi antara siswa dan guru, dimana siswa tidak hanya
sebagai penerima informasi tetapi ikut aktif dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih
baik.
2.2.Metode Pembelajaran
Suryosubroto ( 2002 : 149 )
mengatakan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Dalam metode pembelajaran, tujuan yang dimaksud adalah
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran
merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena
itu, peranan metode pembelajaran sangat penting sebagai alat dalam
menciptakan proses belajar mengajar.
Ahmadi ( 2005 : 52 )
mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang
dikuasai oleh guru untuk mengajara atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa dalam kelas, baik secara individual maupun secara kelompok,
agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik.
Sedangkan menurut surakhmad dalam Suryosubroto (
2002 : 148 ) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara – cara
pelaksanaan dari pada proses pembelajaran atau soal bagaimana teknisnya
sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid – murid di sekolah.
Berdasarkan
pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam proses belajar mengajar
untuk menyampikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
2.3.Inkuiri Berorientasi Diskoveri
Menurut
Ahmadi ( 2005 : 76 ), Ditinjau dari arti katanya “discover” berarti
menemukan dan “discovery” adalah penemuan, sedangkan “inquire” berarti
menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan dan Inquiry berarti
penyelidikan.
Hamalik ( 2008 : 220 ), menyatakan bahawa
pengajaran berdasarkan inquiri ( inquiry – based teaching ) adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa ( student – centered strategy )
dimana kelompok – kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau
mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur
dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
W. Gellu (
2005 : 84 ), mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya
diri.
Mulyasa ( 2008 : 110 ), Penemuan ( discovery ) merupakan
metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pemebelajaran
dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses dari pada hasil
belajar.
Sedangkan menurut Hamalik ( 2008 : 134 ), Diskoveri
adalah suatu strategi dimana guru mengizinkan agar siswa melakukan
penemuan sendiri informasi dalam suasana tradisional padahal analisis
yang sederhanan itu hanyalah merupakan pratek suatu strategi yang lebih
kompleks.
Sund dalam Suryosubroto ( 2002; 193 ) mengatakan bahwa
inkuiri merupakan perluasan proses diskoveri yang digunakan lebih
mendalam, sejalan dengan hal tersebut menurut Hamalik ( 2008, 219 )
Pengajaran inkuiri ini dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang
siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya.
Amin
dalam Ahmadi (2005: 76 ) mengutarakan bahwa pengajaran diskoveri harus
meliputi pengalaman – pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat
mengembangkan proses – proses diskoveri. Dengan demikian, pada
pengajaran diskoveri ini, kegiatan belajar mengajar harus dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep – konsep atau
prinsisp – prinsip melalui mentalnya dengan mengamati, mengukur,
menduga, menggolongkan, mengambil kesimpulan, dan sebagainya. Pada
inkuiri proses – proses yang terjadi lebih luas dan lebih tinggi
tingkatannya dari pada diskoveri. Proses – proses mental yang terjadi
dalam inkuiri antara lain, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Suhubungan dengan
pengertian tersebut, pada pengajaran inquiry, kegiatan belajar mengajar
harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman – pengalaman,
sehingga berkesempatan untuk mengalami proses – proses inkuiri.
Berdasarkan
beberapa rumusan, Hamalik ( 2008 : 220 ), mendefinisikan metode
pembelajaran Inquiri Berorientasi Diskoveri menunjuk pada situasi –
situasi akademik dimana kelompok – kelompok kecil siswa ( umumnya antara
4 sampai 5 anggota ) berupaya menemukan jawaban – jawaban atas topik –
topik inkuiri. Dalam situasi – situasi tersebut, para siswa dapat
menemukan konsep atau rincian informasi.
Sedangkan menurut Azhar (
1993 : 98 ). Metode Inkuiri Berorentasi Diskoveri merupakan metode
inquiry ( penyelidikan ) yang menuju pada discovery ( penemuan ).
Melalui “penyelidikan” siswa berhasil memperoleh suatu “penemuan”. Pada
proses pembelajarannya siswa dituntut melakukan “penyelidikan” hingga
akhirnya mendapat suatu “penemuan”. Dalam situasi ini para siswa
melakukan berbagai langkah inquiri untuk menemukan konsep – konsep yang
dapat diketahui atau diperoleh.
Pada proses Inkuiri Berorientasi
Dikoveri ini guru bertidak sebagai fasilitator, narasumber, dan
penyuluh kelompok. Para siswa di dorong untuk mencari pengetahuan
sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan ( Hamalik, 2008 : 221 ).
Hamalik
( 2008 : 221 ), mengungkapkan agar pelaksanaan proses inkuiri
berorientasi diskoveri ini berhasil,guru harus memperhatikan beberapa
kriteria, yaitu :
1. Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
2. Membentuk kelompok – kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kelompok – kelompok dengan cara yang resfonsif dan tepat waktunya.
4. Intervensi untuk meyakinkan terjadi interaksi antar pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.
Pelaksanaan
metode inkuiri berorientasi diskoveri ini didalam suatu kelas
dilaksanakan oleh kelompok – kelompok yang terdiri dari enam orang tiap
kelompok dan tiap kelompok melakukan peran tertentu yaitu :
1.
Pemimpin kelompok bertangung jawab memulai diskusi, menyiapkan
kelompok untuk mengerjakan tugas dan melengkapi tugas – tugas, bertemu
dengan guru untuk mendiskusikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya,
mendeskripsikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya, mendeskripsikan
informasi dari guru kepada kelompok dan menyampaiakn kepada kelas atau
kepada kelompok lainnya.
2. Pencatat ( recorder ); membuat
dan memelihara catatan , karya tulis, dan materi tulisan kelompok, baik
yang dibuat pada waktu berdiskusi maupun membagikannya kepada anggota
kelompok, serta membuat daftar centang ( check list ) dan daftar hadir
para anggota kelompok.
3. Pemantau diskusi ( discussion
monitor ); berupaya memastikan bahwa diskusi berlangsung lancar dan
semua pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi. Pemantauan
dilalukan agar diskusi berlangsung secara terbuka dan mendapat dukungan.
4.
Pendorong ( prompter ); memelihara mental berdiskusi para anggota
dengan teknik menggunakan daftar centang partisipasi terhadap semua
anggota agar memberikan kontribusi dan mencoba menggambarkan penjelasan
yang lebih rinci dari para anggota kelompok.
5. Pembuat
Rangkuman ( summarizer ); selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu
menarik kesimpulan pada setiap pertemuan inkuiri, perangkum merangkum
butir – butir pokok yang muncul dan merangkum tugas – tugas spesifik
baik yang lengkap maupun yang belum lengkap, mengundang pertanyaan –
pertanyaan dari kelompok untuk mengklarifikasikan kedudukan kemajuan dan
tujuan – tujuan kelompok.
6. Pengacara ( advocate );
bertugas melakukan dan memberikan pendapat bandingan terhadap argumen
yang disampaikan dalam diskusi terhadap pandapat yang diajukan oleh
kelompok lainnya ( Hamalik, 2008 : 221 – 222 ).
Langkah – langkah
inti dalam metode inkuiri berorientasi diskoveri yang dikemukakan
Hamalik ( 2003 : 221 ) adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.
2. Mengajukan suatu pertanyaan tenatang fakta.
3. Memformulasikan hipotesis atau bebarapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.
4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.
5.
Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis
antara hipotesis yang diajukan dan hasil – hasil dari hipotesis yang
diuji dengan informasi yang terkumpul.
2.4.Aktivitas Belajar
Menurut
Hamalik ( 2002 : 34 ), Aktivitas belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tugas guru sebagai
fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Guru hendaknya mampu
menciptakan pembelajaran yang dapat mengikut sertakan siswa secara aktif
baik fisik maupun mental sebagai individu ataupun sebagai kelompok.
Siswa
merupakan salah satu pelaku dalam proses pembelajaran disekolah, dimana
siswa dituntun untuk selalu aktif memproses dan mengelolah informasi
yang diterima dalam proses kegiatan belajar mengajar. Implikasi dari
keaktifan belajar siswa, berupa perilaku – perilaku seperti mencari
sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan dan
perilaku sejenis lainnya.
Menurut Slameto ( 2003: 36 ) menyatakan
bahwa, dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas
siswa dalam berfikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja,
tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang
berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memilki ilmu
/ pengetahuan itu dengan baik.
Sedangkan menurut Paul D. Dierich
dalam Hamalik ( 2008 : 172 ) ada 8 macam kegiatan yang dilakukan
peserta didik pada saat pembelajaran meliputi aktivitas jasmani dan
aktivitas jiwa. Aktivitas – aktivitas tersebut adalah :
1. Kegiatan – kegiatan Visual :
Membaca, melihat gambar – gambar , mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan – kegiatan Lisan :
Mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, saran, mengajukan pendapat, wawancara, diskusi dan
interupsi.
3. Kegiatan – kegiatan Mendengarkan :
Mendengrakan penyajian bahan, mendengar percakapan/diskusi kelom[pok, mendengarkan suatu permainan, mendenngar radio.
4. Kegiatan – kegiatan Menulis :
Menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.
5. Kegiatan – kegiatan Menggambarkan :
Seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya..
6. Kegiatan – kegiatan Metrik :
Melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan se bagainya.
7. Kegiatan – kegiatan Mental :
Menanggap, mengingat, memcahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.
8. Kegiatan – kegiatan Emosional :
Menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Dengan
demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar karena segala sesuatu tidak akan tercapai secara maksimal bila
setiap individu tidak aktif dalam melaksanakan suatu kegiatan.
2.5. Hasil Belajar
Jika
melakukan proses pembelajaran guru juga berharap dengan hasil belajar.
Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha, sedangkan belajar
merupakan kegiatan bagi setiap orang “seseorang dikatakan belajar bila
diasumsikan dalam diri orang terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ( Hudoyono, 1990: 1 ).
Sedangkan
Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 3 ), Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari siswa,
hasil belajar merupakan suatu puncak proses balajar.
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar,maka perlu dilaksanakan pengukuran hasil belajar siswa yang
diperoleh melalui tes hasil belajar yang biasanya dinyatakan dalam angka
atau nilai tertentu. Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai
kemajuan belajar dan mencari masalah – masalah dalam balajar ( Dimyati
dan Mudjiono, 2006 : 295 ).
Dengan penerapan metode pembelajaran
inquiry berorientasi discovery diharapakan proses belajar yang dilakukan
siswa dapat berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga dengan
partisifasi aktif dari siswa selama proses belajar mengajar dapat
menyebabkan peningkatan hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 2
Palembang.
2.6.Pengertian Matematika
Matematika berasal
dari bahasa latin manhatein atau manthema yang berarti belajar atau hal
yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau
ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran. ” matematika
sebagai suatu ilmu yang memilki objek dasar abstrak yang berupa fakta,
konsep, operasi dan prinsip” ( Dinas, 1995: 1).
Matematika
menurut Ruseffendi dalam Heruman ( 2007: 1 ) adalah bahasa simbolik ilmu
deduktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur yang
didefinisikan ke aksioma atau pastulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan
hakikta matematika menurut Soedjadi dalam Heruman ( 2007; 1 ), yaitu
memiliki objek tujuan abstrsk, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir
deduktif.
Matematika merupakan ilmu mengenai struktur dan
hubungan – hubungannya, simbol – simbol diperlukan. Simbol – simbol itu
penting untuk membantu manipulasi aturan –aturan dengan operasi yang
ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan untuk membentuk konsep sebelumnya, sehingga matematika itu
konsep – konsepnya tersusun secara hirarkis ( Subandi, 2007: 3 ).
Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep atau pernyataan yang bersifat konsisten. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pasti yang berkenaan dengan ide
– ide / konsep – konsep abstrak yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan penalaran.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa matematika dalah suatu ilmu terapan yang
memerlukan penalaran, proses dan ide dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan – bilangan.
Matematika dalam kurikulum pendidikan dasar
dan menengah adalah matematika sekolah. Matematika sekolah dalah
matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang di ajarkan
dipendidikan dasar ( SD / Sederajat ) dan pendidikan menengah ( SMP /
Sederajat dan SMA / Sederajat ) ( Depdikbud, 1994:18 ).
2.7.Tujuan Pembelajaran Matematika
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Depdikbud ( 2003: 6 ) adalah:
1.
Melatih secara berpikir dan nalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukan persamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2.
Mengembangkan aktivitas kreaktif yang melibatkan imajinasi, intuisi
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba – coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4.
Mengembangkan kemampuan menyampikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan anatara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam penjelasan gagasan.
3. Prosedur Penelitian
3.1.Variabel Penelitian
“Variabel
Penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek peneliti” (
Arikunto, 2006 : 118 ). Berdasarkan pengertian variable penelitian
diatas, maka yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah
3.
Aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar
matematika dengan metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri
pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.
4.
Hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2
Palembang.
4. Populasi dan Sampel
4.1.Populasi
“Populasi
adalah keseluruhan subjek peneliti” ( Arikunto, 2006 : 130 ). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Palembang. Jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
4.2.Sampel
Menurut Arikunto (2006 : 131 ),
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik sampel
random sampling, yaitu dengan mengambil satu kelas yang ditentukan
berdasarkan undian, dengan syarat semua kelas VIII SMP Negeri 2
Palembang adalah homogen. Hal ini dilakukan dengan cara mengundi kertas
yang telah ditulis nama kelas tersebut yaitu kelas VIII.1 sampai VIII.7
didapat kelas VIII.4 sebagai sampel penelitian.
5. Metode Penelitian
“Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya” ( Arikunto, 2006 :160 ). Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode ekperimen semu kategori one shot case
study adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok
pembanding dan juga tanpa tes awal, dengan model ini peneliti ingin
mengetahui efek dari perlakuan yang diberikan pada kelompok tanpa
mempengaruhi faktor lain ( Arikunto, 2006 : 85 ).
6. Teknik Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu :
6.1.Observasi
Observasi
adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung
kelapangan terhadap objek yang diteliti ( populasi ). Pengamatan disebut
juga penelitian lapangan ( Hasan, 2005 : 17 ).
Observasi
berfunsi untuk mengetahui kesesuaian antara rencana tindakan yang sedang
berlangsung dengan harapan dapat menghasilkan perubahan yang
diinginkan. Observasi yang dilakukan untuk melihat bagaimana aktivitas
siswa pada proses blajar melalui penerapan metode pembelajaran inquiri
berorientsai diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2
Palembang.
Adapun lembar observasi ditulis berdasarkan indictor
pengamatan aktivitas belajar siswa pada saat penerapan metode
pembelajaran inquiri berorientsai diskoveri pada pelajaran matematika di
SMP Negeri 2 Palembang adalah sebagai berikut :
1. Indikator Kegiatan – kegiatan Visual :
Deskriptor :
a. Siswa membaca hasil diskusinya
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru
c. Siswa memperhatikan persentase kelompok lain.
2. Indikator Kegiatan – kegiatan Lisan :
Deskriptor :
a. Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya
b. Siswa bertanya tentang langkah – langkah pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri yang belum dimengerti.
c. Siswa mengeluarakan pendapat
3. Indikator Kegiatan – kegiatan Menulis :
Deskriptor :
a. Siswa merumuskan hipotesis
b. Siswa mencatat hasil penyelidikan dan penemuannya
c. Siswa menyelesaikan soal –soal latihan.
4. Indikator Kegiatan – kegiatan Mental :
Deskriptor :
a. Siswa menganalisis hasil penyelidikan dan penemuannya.
b. Siswa mampu mengambil kesimpulan dari penyelidikan dan penemuannya.
c. Siswa menanggapi hasil kelompok lain
6.2.Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok ( Arikunto, 2006 : 150 ). Dalam
penelitian ini digunakan tes dalam bentuk essay yang dilaksanakan
setelah proses belajar mengajar berlangsung pada materi lingkaran di
kelas VIII SMP negeri 2 Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
A. dan J.T. Prasetya.2005. Strategi Belajar Mangajar ( SBM ).Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto dan Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan PedomanTeoritis Praktis Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi VI.Jakarta:Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajarn. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa.2008. Menjadi Guru Profesioanl.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Roestiyah.2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.
Segala, S.2009.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W.2008.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, D.2002. Metode Statistik.Bandung:Tarsito.
Suryosubroto, B.2002.Proses Belajar Mengajar DiSekolah.Jakarta:Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim.2004.Prinsip–prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar