PENERAPAN METODE INQUIRI
BERORIENTASI DISKOVERI
PADA MATERI PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAWAHAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Proposal Skripsi
Untuk persyaratan penelitian dan penulisan skripsi sebagai
akhir studi S1 Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan oleh :
J U W A I N I
NIM : 201010300570
SEMESTER : VII-A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI NGANJUK
STKIP
PGRI NGANJUK
2013
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
Proposal Skripsi yang di buwat oleh :
Nama : J U
W A I N I
NIM :
2010 1030 0570
Prodi :
Pendidikan Matematika VII-A
Dengan judul skripsi : "PENERAPAN METODE INQUIRI
BERORIENTASI DISKOVERI PADA MATERI PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAWAHAN TAHUN
AJARAN 2012/2013."
Telah
memenuhi syarat dan disetujui :
Nganjuk, tanggal : ………………………….
Disetujui oleh ;
Pembimbing 1
Dra. YATINI,
M.Si
NIDN.
0723096502
|
Pembimbing 2
_____________________
NIDN. .
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa dengan rahmat yang dilimpahkanNya,
peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Proposal skripsi yang berjudul "Penerapan Metode Inquiri Berorientasi Diskoveri Pada Materi Persegi
Panjang Dan Persegi Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2012/2013".
Peneliti menyadari
bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka peneliti tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih
pada :
1. Ketua
STKIP PGRI Nganjuk.
2. Dosen
Pembimbing mata kuliah Seminar Matematiaka Dra. Yatini, M.Si
3. Orang
tua saya yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi dan segenap do'a.
4. Seluruh
Bapak / Ibu Dosen, seluruh staf dan karyawan STKIP PGRI Nganjuk yang selalu
memberi semangat kepada saya.
5. Teman-teman
Prodi Matematika Semester VII A dan semua pihak yang telah membantu sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis
menyadari bahwa Proposal Ini ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan adalah milik manusia. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak senantiasa peneliti harapkan demi kesempurnaan ini dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika.
Karena
penulis menyadari, dimungkinkan ada kesalahan materi maupun tulisan yang
sengaja atau tidak sengaja, semoga Allah selalu melindungi dan membimbing kita
semua.
Nganjuk, 05 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH..................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN....................................................... 3
D. MANFAAT PENELITIAN................................................... 3
E. DEFINISI, ASUMSI DAN KETERBATASAN.................. 4
BAB II : KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI TEORI.............................................................. 5
B. HASIL BELAJAR MATEMATIKA.................................... 13
C. KERANGKA BERFIKIR .................................................... 16
D. HIPOTESIS PENELITIAN.................................................. 17
BAB III :
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN............................................ 18
B. POPULASI DAN SAMPEL................................................. 19
C. VARIABEL PENELITIAN.................................................. 19
D. SUMBER DATA................................................................... 19
E. METODE PENGUMPULAN
DATA................................... 19
F. ANALISA DATA................................................................. 20
JADWAL PENELITIAN ............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 22
LAMPIRAN 23
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan SDM yang
berkualitas, karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia serta mewujudkan manusia yang terampil,
potensial dan berkualitas dalam melaksanakan pembangunan demi terwujudnya
tujuan pembangunan nasional.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu melakukan pembenahan
terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidIkan meliputi
kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode belajar mengajar.
Aspek-aspek yang paling dominan adalah guru
dan siswa. Oleh karena itu, guru sebagai sentral pengajaran harus mampu
memahami hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar baik dalam
teknik pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat, strategi belajar mengajar
maupun manajemen kelas yang baik.
Hal ini dipandang perlu dipahami oleh guru, karena guru memegang peranan
yang sangat penting dalam mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di
sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Kurangnya
interaksi antara guru dan siswa. Hal ini dapat dilihat dari jarangnya siswa mengajukan
pertanyaan selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru pun jarang
mengajukan pertanyaan yang dapat memacu siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.
2.
Kurangnya
interaksi antara siswa dengan siswa, karena guru lebih banyak memberi tugas
secara individu, sehingga siswa berusaha memecahkan masalah seorang diri.
3.
Partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran masih kurang, karena proses pembelajaran
didominasi oleh guru dan siswa merasa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sulit. Sehingga minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika pun
menjadi kurang.
4.
Metode
yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah dan pemberian tugas, sehingga
siswa menjadi pasif karena mereka hanya menunggu keterangan atau penjelasan
yang disampaikan guru.
Dari
keempat faktor tersebut, apabila dianalisis secara mendalam faktor keempat
merupakan akar permasalahan dari rendahnya prestasi belajar. Metode
pembelajaran yang selama ini digunakan merupakan metode pembelajaran yang
berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Hal itu
menyebabkan siswa menjadi pasif dan partisipasi mereka dalam kegiatan belajar
mengajar sangat kurang. Interaksi antara guru dan siswa serta antara siswa
dengan siswa pun tidak terlihat.
Suatu
metode yang akan menghidupkan interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan
siswa, serta keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
diperkirakan bahwa minat siswa dalam belajar matematika meningkat dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran
dengan metode inquiri berorientasi diskoveri selalu mengusahakan agar siswa
terlibat dalam masalah-masalah yang dibahas. Siswa diprogramkan agar selalu
aktif, secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru, tidak
diberitahukan begitu saja dan diterima oleh siswa, namun siswa diusahakan
sedemikian rupa hingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka
”menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Penerapan
metode pembelajaran ini difokuskan pada materi persegi panjang dan persegi
karena materi ini dianggap sesuai dengan inti dari metode inquiri berorientasi
diskoveri yang menekankan pada penyelidikan yang berorientasi pada penemuan.
Pada materi ini, siswa dapat menyelidiki kemudian menemukan sifat-sifat persegi
panjang dan persegi serta menarik kesimpulan mengenai pengertian persegi
panjang dan persegi itu sendiri. Siswa juga dapat melakukan penemuan
berdasarkan penyelidikan tentang keliling dan luas daerah persegi panjang dan
persegi.
Berdasarkan
uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri pada materi persegi panjang dan persegi untuk
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1
Sawahan tahun ajaran 2012/2013.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah penerapan metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri pada materi persegi panjang dan persegi dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1
Sawahan tahun ajaran 2012/2013?”
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:
1.
Meningkatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran materi persegi panjang dan persegi melalui
metode inquiri berorientasi diskoveri.
2.
Meningkatan
prestasi belajar siswa pada materi persegi panjang dan persegi
dengan menggunakan metode inquiri yang berorientasi pada diskoveri.
3.
Meningkatan
kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri
D.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis. Adapaun manfaat-manfaat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan
penelitian-penelitian yang menggunakan metode pembelajaran inquri berorientasi
diskoveri.
c. Bagi siswa agar dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, dapat memperoleh
pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui metode
pembelajaran inquri berorientasi diskoveri.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai
bahan masukan khususnya bagi guru kelas VII tentang suatu alternatif
pembelajaran matematika dalam student centered untuk meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar matematika siswa dengan metode pembelajaran inquri
berorientasi diskoveri.
c. Bagi siswa terutama sebagai subyek
penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya
kebebasan dalam belajar matematika secara aktif dan kreatif melalui kegiatan
penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya.
E.
DEFINISI, ASUMSI DAN
KETERBATASAN
1.
DEFINISI
a.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, kompetensi, minat bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antar siswa.
b.
metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam proses belajar
mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan
c.
Metode
inquiri berorientasi diskoveri merupakan metode inquiri yang menuju pada
diskoveri (penemuan). Melalui ”penyelidikan”, siswa berhasil memperoleh suatu
”penemuan.
d. aktivitas belajar adalah suatu
proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap
e. Hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
f. Persegi panjang adalah suatu segi
empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar serta besar
keempat sudutnya sama dan siku-siku (90)
g.
Persegi adalah persegi panjang yang
keempat sisinya sama panjang.
2.
ASUMSI
Asumsi merupakan
titik tolak pemikiran didalam penelitian yang kebenarannya diyakini peneliti.
Peneliti berasumsi bahwa “Ada
pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri pada
materi persegi panjang dan persegi dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sawahan tahun ajaran 2012/2013”
3.
KETERBATASAN
Dalam melakukan
penelitian pembatasan masalah sangat diperlukan.Hal ini bertujuan agar masalah
tidak menyimpang dan meluas dari sasaran yang telah ditentukan.
Batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain:
a.
Obyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sawahan tahun pelajaran
2012/2013.
b.
Materi yang diteliti adalah materi persegi dan persegi panjang.
c.
Penelitian ini hanya membahas tentang metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri dan hasil belajar matematika siswa.
d.
Penelitian ini mengarah pada pengaruh metode pembelajaran inquiri
berorientasi diskoveri terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI
TEORI
1. Pembelajaran
Hamalik
(2003:16) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan. Sedangkan Gagne dalam Hidayat
(1990:2) menyatakan, belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap
(episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi.
Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan
proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar
dan pengajar.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kegiatan belajar
mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan
potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada
akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah
memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu
meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang
dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis,
kritis, dan kreatif (Depdiknas, 2005:12).
Berdasarkan pengertian belajar dan
kegiatan belajar mengajar maka terdapat istilah yang relevan sesuai dengan
perkembangan pendidikan sekarang yaitu pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Wikipedia, 2007:12). Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Mulyasa (2004:16) mengutarakan bahwa
pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik. Sedangkan
menurut Brunner dalam Depdiknas (2005:9) pembelajaran adalah siswa belajar
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam
mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan
masalah.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara
siswa dan guru, dimana siswa tidak hanya sebagai penerima informasi tetapi ikut
aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi perubahan perilaku siswa
ke arah yang lebih baik.
2. Metode
Pembelajaran
Suryosubroto
(2002:149) mengatakan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Dalam metode pembelajaran, tujuan yang dimaksudkan
adalah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran merupakan
salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode
pembelajaran sangat penting sebagai alat dalam menciptakan proses belajar mengajar.
Menurut
Hasibuan (2004:71) metode pembelajaran adalah alat yang dapat merupakan bagian
dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar,
dimana strategi belajar mengajar merupakan pola umum perbuatan guru-murid di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Surakhmad dalam Suryosubroto (2002:148) menegaskan bahwa metode pembelajaran
adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pembelajaran, atau soal bagaimana
teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan
seorang guru dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Inquiri
Berorientasi Diskoveri
a. Pengertian
Inquiri
berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti
penyelidikan, sedangkan ”discovery” berarti penemuan. Istilah inquiri
(penyelidikan) sering dipertukarkan dengan diskoveri (penemuan), namun
sebenarnya terdapat perbedaan antara proses yang terjadi pada inquiri dan
diskoveri itu sendiri.
Amin dalam Ahmadi (1997:76) mengutarakan bahwa pengajaran
discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa
dapat mengembangkan proses-proses discovery. Dengan demikian, pada pengajaran
diskoveri ini, kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui
mentalnya dengan mengamati, mengukur, menduga, menggolongkan, mengambil
kesimpulan, dan sebagainya. Pada inquiri, proses-proses yang terjadi lebih luas
dan lebih tinggi tingkatannya daripada diskoveri. Proses-proses mental yang
terjadi dalam inquiri antara lain, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganilis data,
serta menarik kesimpulan.
Hamalik (2003:63) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan
inquiri (inquiry-based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa
(student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam
suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam
suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Sedangkan menurut Hamalik (2003:134), diskoveri adalah suatu
strategi dimana guru mengizinkan agar siswa melakukan penemuan sendiri
informasi dalam suasana tradisional padahal analisis yang sederhana itu
hanyalah merupakan praktek suatu strategi yang legih kompleks. Penemuan
(discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung.
Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil
belajar (Mulyasa, 2005:110).
Berdasarkan beberapa rumusan, Hamalik (2003:63)
mendefinisikan metode pembelajaran inquiri berorintasi diskoveri sebagai
situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok kecil siswa (yang terdiri
atas empat sampai 6 orang anggota) mencari jawaban-jawaban terhadap topik-topik
inquiri yang ditemukan. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri,
bukan dijejali dengan pengetahuan.
Metode inquiri berorientasi diskoveri merupakan metode
inquiri yang menuju pada diskoveri (penemuan). Melalui ”penyelidikan”, siswa
berhasil memperoleh suatu ”penemuan” (Azhar, 1993:98). Pada proses
pembelajarannya siswa dituntun untuk melakukan ”penyelidikan” hingga akhirnya
mendapatkan suatu ”penemuan”. Dalam situasi ini para siswa melakukan berbagai
langkah inquiri untuk menemukan konsep-konsep yang dapat diketahui atau
diperoleh.
Inquri yang berorientasi pada diskoveri (discovery-oriented
inquiry) memberikan peran luas kepada siswa untuk melakukan kegiatan
belajarnya. Mulai dari obsevasi untuk menemukan dan merumuskan masalah sampai
pada kesimpulan dan tindak lanjut pengembangan masalah dilakukan oleh siswa
(Hasnunidah, 2007:116). Pada proses inquiri ini guru dituntut untuk berperan
sebagai fasilitator, narasumber, dan konselor kelompok. Guru menyajikan
beberapa pengetahuan sekaligus mendorong siswa untuk mencari pengetahuan
sendiri (Hamalik, 2004:64).
Agar pelaksanaan proses inquiri berorientasi diskoveri
berlangsung secara efektif mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Siswa diarahkan ke pokok
permasalahan yang akan dicari jawabannya atau ditemukan jalan keluarnya. Untuk
itu maka guru harus menjelaskan tujuan serta permasalahannya sampai siswa
benar-benar memahaminya.
2) Guru hendaknya memberi keleluasaan
kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, atau mengemukakan kemungkinan pilihan
jawaban. Peranan guru di sini adalah membatasi agar siswa jangan sampai keluar
dari pokok permasalahan.
3) Guru diharapkan mampu memberikan
pertanyaan pancingan bilamana siswa dinilai kurang mampu menganalisis masalah.
4) Guru tidak memberikan jawaban
langsung terhadap permasalahan yang dihadapi (Azhar, 1993:99).
b. Tujuan dan manfaaat
Adapun
tujuan dan manfaat dari pelaksanaan metode inquiri berorientasi diskoveri menurut
Azhar (1993:99) adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan sikap, ketrampilan,
kepercayaan siswa dalam memutuskan sesuatu secara tepat dan obyektif.
2) Mengembangkan kemampuan berfikir
agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analitis dan logis).
3) Membina dan mengembangkan sikap
ingin lebih tahu.
4) Mengungkapkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
c. Struktur kelompok
Pelaksanaan
metode inquiri berorientasi diskoveri ini di dalam suatu kelas dilaksanakan
oleh kelompok-kelompok yang terdiri dari enam kelompok, masing-masing terdiri
dari enam orang siswa, dan tiap anggota melakukan peran tertentu yaitu:
1) Pemimpin kelompok bertanggung jawab
memulai diskusi, menyiapkan kelompok untuk mengerjakan tugas dan melengkapi
tugas-tugas, menyampaikan kepada kelas atau kepada kelompok lainnya.
2) Pencatat (recorder); membuat dan
memelihara catatan, serta membuat daftar centang (check list) dan daftar hadir
para anggota kelompok.
3) Pemantau diskusi (discusion
monitor); berupaya memastikan bahwa diskusi berlangsung lancar dan semua
pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi.
4) Pendorong (prompter); memelihara
mental berdiskusi para anggota dengan teknik menggunakan daftar centang
partisipasi terhadap semua anggota agar memberikan kontribusi dan mencoba
menggambarkan penjelasan yang lebih rinci dari para anggota kelompok.
5) Pembuat rangkuman (summarizer);
selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu menarik kesimpulan pada setiap
pertemuan inquiri, perangkum merangkum butir-butir pokok yang muncul dan
merangkum tugas-tugas spesifik baik yang lengkap maupun yang belum lengkap
6) Pengacara (advocate); bertugas
melakukan dan memberikan pendapat bandingan terhadap argumen yang disampaikan
dalam diskusi terhadap pendapat yang diajukan oleh kelompoknya (Hamalik,
2003:221-222).
d. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah
inti dalam metode inquiri berorientasi diskoveri yang dikemukakan Hamalik
(2003:221) adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan
situasi yang menjadi fokus inquiri secara jelas.
2) Mengajukan suatu pertanyaan tentang
fakta.
3) Memformulasikan hipotesis atau
beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.
4) Mengumpulkan informasi yang relevan
dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.
5) Merumuskan jawaban atas pertanyaan
sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta.
Adapun
langkah-langkah pembelajaran atas dasar metode ini sebagaimana yang diungkapkan
Azhar (1993:101) adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Guru merumuskan masalah sebagai topic
b) Merumuskan tujuan pembelajaran
c) Menjelaskan jalannya inquiri dan
penemuan
2) Pelaksanaan
a) Guru mengemukakan masalah tertentu,
b) Siswa diberi kesempatan bertanya
seluas mungkin tentang masalah yang menjadi topik, sampai merasa cukup untuk
mengambil kesimpulan.
c) Siswa menemukan kesimpulan atau
pendapat sementara (hipotesis) beserta alasan-alasannya
3) Penyelesaian: (sebagai akhir KBM)
a) Guru bersama siswa menguji atau
membahas pendapat sementara yang dikemukakan siswa atas dasar bukti (data) yang
ada.
b) Pengambilan kesimpulan dilakukan
oleh siswa dibantu guru.
e. Kelebihan dan kekurangan
Setiap
metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti halnya
metode inquiri berorientasi diskoveri ini. Adapun kelebihan dan kekurangan
metode inquiri berorientasi diskoveri menurut Roestiyah (2001:76-77) dan
Suryosubroto (2002:201) adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1) Membantu dalam menggunakan ingatan
dan perpindahan pada situasi proses belajar yang baru.
2) Mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
3) Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.
4) Dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu.
5) Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri.
6) Dapat menghindari siswa dari
cara-cara belajar yang tradisional.
7) Dapat memberikan waktu pada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Kekurangan:
1) Dipersyaratkan keharusan adanya
persiapan mental untuk cara belajar ini.
2) Metode ini kurang efektif untuk
mengajar kelas besar.
3) Kurang cocok untuk anak yang usianya
terlalu muda, misalnya SD.
4. Aktivitas
Belajar
Proses
belajar yang sedang berlangsung di kelas melibatkan siswa dan menuntut siswa
untuk melakukan aktivitas belajar. Para siswa dituntut untuk mendengar, memperhatikan,
dan mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa juga harus
aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas. Siswa harus lebih
kritis, kreatif lebih perhatian dalam menerima pelajaran atau materi yang
disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya guru juga harus memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan juga harus dapat menciptakan suasana
belajar dalam kelas yang menimbulkan aktivitas siswa sehingga akan tercipta
proses belajar mengajar yang baik dan akan menyebabkan interaksi di dalam kelas
yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi didiknya.
Menurut Hamalik (2002:34) aktivitas
belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Hal ini sejalan dengan fungsi dan
tugas guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Guru hendaknya
mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mengikut sertakan siswa secara aktif
baik fisik maupun mental sebagai individu ataupun sebagai kelompok.
Sudjana
(1989:72) mengatakan bahwa makin tinggi aktivitas belajar siswa maka semakin
tinggi peluang berhasilnya pembelajaran dan penilaian. Untuk itu, guru dituntut
harus mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang
terjadi.
Dengan
demikian, aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan
prestasi belajar siswa, karena di dalam proses kegiatan belajar mengajar tanpa
adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang
maksimal. Siswa yang aktif dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik
dibandingkan siswa yang kurang aktif di dalam belajar.
B. HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
Menurut Abdurrahman (2003 : 37 ) mengemukakan bahwa ”
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar ”. Hasil belajar matematika adalah suatu penilaian dari
proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan
dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya. Hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik khususnya kemampuan siswa dalam mengerjakan
latihan mandiri dalam pembelajaran matematika
Menurut Djamarah (1994:19), prestasi
belajar adalah hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik secara
individual maupun kelompok. Sementara menurut Slameto (2003:2), prestasi
belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti
proses belajar. Perubahan itu meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut, Hamalik
((2003:30) mengungkapkan bahwa hasil belajar akan tampak pada perubahan dalam
aspek-aspek tingkah laku manusia. Aspek-aspek tersebut antara lain:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan social, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Sutratinah
dalam Depdiknas (2005:6), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari
pengukuran serta penilaian usaha belajar. Hasil evaluasi dari pembelajaran
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti terjadi perubahan
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan
aspek-aspek yang ada pada diri siswa yang mengikuti proses pembelajaran dan
evaluasi.
Mukhtar
(2003:54) mengatakan bahwa hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang
terjadi dalam aktivitas dan pembelajaran baik di kelas, sekolah maupun di luar
sekolah. Apa yang dialami siswa dalam proses pengembangan kemampuannya
merupakan apa yang diperolehnya dari belajar. Untuk memperoleh pengetahuan,
siswa harus ‘aktif’ atau ‘belajar secara aktif’. Oleh karena itu, didalam kelas
yang ideal, siswa harus melakukan penyelidikan ‘memecahkan’ masalah,
mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret atau
media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara
berkelompok, atau bekerjasama dalam kelompok kecil, mengungkapkan gagasan-gagasan
baik secara lisan maupun tulisan.
Dari
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran
serta penilaian dari aktivitas belajar setiap individu yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil-hasil belajar siswa yang diambil selama melakukan
proses pembelajaran dan evaluasi.
Hasil
belajar dalam penelitian ini diambil dari tes pada materi pelajaran, yaitu
persegi panjang dan persegi
MATERI
PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI
Ringkasan materi berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) adalah sebagai berikut: (Cunayah, 2005:272-285)
PERSEGI PANJANG
Pengertian persegi panjang
Persegi panjang adalah suatu segi
empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar serta besar
keempat sudutnya sama dan siku-siku (90)
Sifat-sifat persegi panjang:
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
2) Keempat sudutnya sama besar dan
siku-siku (
).
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
3) Panjang diagonal-diagonalnya sama
dan saling membagi dua sama panjang.
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
PERSEGI
Pengertian persegi:
Pengertian persegi:
Persegi adalah
persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat persegi:
Sifat-sifat persegi:
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
2) Keempat sudutnya siku-siku.
3) Panjang diagonal-diagonalnya sama
dan membagi dua sama panjang.
4) Panjang keempat sisinya sama.
5) Setiap sudutnya dibagi dua sama
besar oleh diagonal-diagonalnya.
6)
Diagonal-diagonalnya berpotongan
saling tegak lurus.
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
KELILING
DAN LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI
Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi
yang membatasi suatu bangun persegi panjang.
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
K = p + l + p + l
= (p + p)
+ (l + l)
= 2p + 2l
K = 2 (p + l)
dengan: p = panjang persegi panjang
l = lebar persegi panjang
Luas suatu bangun atau objek dapat
didefinisikan sebagai jumlah bahan (satu satuan luas) yang dapat menutupi
bangun atau objek tersebut (Kendall, 2008:307).
Rumus luas daerah persegi panjang adalah:
L = p x l
dengan: p = panjang persegi panjang
l = lebar persegi panjang
Keliling persegi adalah jumlah semua
sisi yang membatasi suatu bangun persegi.
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
K = s + s + s + s
= 4s
dengan: s = panjang sisi persegi
Rumus luas daerah persegi adalah:
L = s x s
= ![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
dengan: s = panjang sisi persegi
C. KERANGKA BERFIKIR
Peranan guru dalam proses belajar
mengajar sangatlah penting, sebab guru adalah perancang, pengelola sekaligus
penilai proses belajar mengajar itu sendiri. Peran guru sebagai perancang
proses belajar mengajar dituangkan dalam perangkat pembelajaran, mulai dari
program tahunan yang dirancang untuk satu tahun pembelajaran hingga rencana
pelaksaan pembelajaran yang disusun untuk tiap pertemuan. Pengelolaan kegiatan
belajar mengajar dilakukan guru dengan berbagai strategi belajar mengajar dan
pengelolaan kelas. Sedangkan sebagai penilai mencakup penilaian terhadap hasil
belajar siswa, menilai kemampuan guru sendiri serta menilai keberhasilan
program instruksional secara menyeluruh.
Kompleksnya peranan guru dalam
proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh peran metode
pembelajaran. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, salah satu peran guru
adalah sebagai pengelola. Pengelolaan proses belajar mengajar menempatkan metode
pembelajaran sebagai salah satu faktor penting keberhasilan guru.
Metode
yang selama ini banyak digunakan oleh guru khususnya guru matematika kelas VII
di SMP Negeri 1 Sawahan
adalah metode ceramah, sebuah metode yang berpusat pada guru. Metode ini tentunya memiliki
kelebihan-kelebihan seperti dari segi efisiensi waktu. Namun metode ini membuat
siswa menjadi pasif, karena siswa hanya menerima dan bersifat menunggu.
Sedangkan penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa.
Menyadari pentingnya
keaktifan siswa dan metode dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan suatu
metode yang mengaktifkan siswa baik dari segi fisik maupun mental agar
pengetahuan tersebut dapat lebih tertanam pada diri siswa dan mengakibatkan
peningkatan prestasi yang dicapai. Untuk itu, penggunaan metode inquiri
berorientasi diskoveri yang berpusat pada siswa perlu dipraktekkan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode inquiri
berorientasi diskoveri menuntut siswa terlibat aktif dalam menemukan suatu
konsep. Metode ini mengembangkan ketrampilan berfikir kritis dan deduktif
melalui pengalaman-pengalaman kelompok dimana siswa berkomunikasi, berbagi
tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan. Dalam metode ini, guru
ditempatkan sebagai fasilitator bukan sumber informasi utama.
Melalui metode ini, siswa diarahkan
untuk menemukan suatu pengetahuan bukan dijejali dengan pengetahuan. Dengan
penyelidikan dan penemuan sendiri, siswa diharapkan lebih mengingat dan
memahami materi yang diajarkan, khususnya pada materi persegi panjang dan
persegi. Sehingga prestasi siswa dapat ditingkatkan.
Dengan demikian penerapan metode
pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa khususnya dalam materi persegi panjang dan
persegi
D. HIPOTESIS
PENELITIAN
Berdasarkan deskripsi teori dan
kerangka berpikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penerapan
metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri pada materi persegi panjang
dan persegi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Sawahan tahun
ajaran 2012/2013”.
BAB
III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A.
RANCANGAN PENELITIAN
Maksud
dan tujuan dari rancangan penelitian adalah untuk menjawab berbagai kendala dan
hambatan yang mungkin dijumpai dalam penelitian.
Pada
penelitian ini menggunakan penelitian korensional dengan pola sebagai berikut:
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
Keterangan:
X
adalah perlakuan (treatment) yaitu Inquiri Berorientasi Diskoveri
Y
adalah hasil belajar dari metode pembelajaran Inquiri Berorientasi Diskoveri
Sedangkan
tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini meliputi :
a.
Membuatskenariopembelajaran
b.
Membuat Angket untuk mengumpulkan data tentang minat belajar siswa dan metode
pembelajaran Inquiri
Berorientasi Diskoveri
c.
Membuat alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi
persegi panjang dan persegi
2.
Pelaksanaan penelitian
Kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah melaksanakan skenario yang telah dibuat, yaitu melakukan
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Inquiri Berorientasi Diskoveri
3.
Evaluasi
kegiatan padatahap ini adalah
melakukan evaluasi untuk melihat keberhasilan pelaksanaan penelitian
4.
Pengolahan data penelitian
Setelah diperoleh seluruh data yang diperlukan kemudian peneliti
menganalisis data setelah itu pembuatan laporan.
B.
POPULASI DAN SAMPEL
1.
Populasi
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah
kelas VII UPTD SMP NEGERI 1 Sawahan TahunPelajaran 2012/2013.
2.
Sampel
Sampel adalah
sebagian populasi yang mewakili individu dalam penelitian, jelasnya jumlah
individu dalam populasi akan lebih sedikit. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil sampel pemilihan secara acak yakni kelas VII-F
C.
VARIABEL PENELITIAN
1.
Variable bebas (X)
Variabel
bebas adalah sejumlah faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau
munculnya variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran Inquiri
Berorientasi Diskoveri
2.
Variabelterikat (Y)
Variabel
terikat adalah sejumlah factor atau gejala yang dipengaruhi dan ditentukan oleh
adanya variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan
hasil belajar matematika siswa kelas kelas VII UPTD SMP NEGERI 1 Sawahan Tahun Pelajaran
2012/2013
D.
SUMBER DATA
Sumber
data merupakan subyek darimana data-data diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari guru, siswa, dan staf Tata Usaha UPTD SMP Negeri 1 Sawahan
E.
METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data prestasi belajar siswa dan data
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Data prestasi belajar siswa
dikumpulkan dengan memberikan tes kemampuan siswa atau hasil ulangan maupun
penugasan. Sedangkan data aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam
proses belajar mengajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi
F.
ANALISA DATA
Teknikanalisa
data adalah suatu cara untuk mengolah data yang sudah terkumpul dan dapat
dijadikan sebagai panutan arah untuk melihat bahwa hipotesis yang telah
peneliti rumuskan dapat ditunjukan kebenarannya
1. Data Aktivitas siswa
Setelah diperoleh data dari lembar
observasi siswa maka data aktivitas siswa akan dianalisis dengan cara berikut :
a. Menentukan skor aktivitas siswa
secara klasikal untuk masing-masing deskriptor,
b. Menentukan skor maksimal ideal (SMi)
Banyaknya indikator = 7
Skor maksimal setiap indikator = 3
Skor setiap indikator = rata-rata skor deskriptornya
Jadi skor maksimal ideal (SMi) = 7 x 3 = 21
Skor minimal seluruh indikator = 7 x 0 = 0
Banyaknya indikator = 7
Skor maksimal setiap indikator = 3
Skor setiap indikator = rata-rata skor deskriptornya
Jadi skor maksimal ideal (SMi) = 7 x 3 = 21
Skor minimal seluruh indikator = 7 x 0 = 0
c. Menentukan kriteria aktivitas siswa
2.
Data
Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa
dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan skor rata-rata hasil tes
Prestasi belajar siswa dikatakan
meningkat apabila terdapat peningkatan secara signifikan nilai rata-rata dari
nilai rata-rata sebelumnya. Terjadi atau tidaknya peningkatan secara signifikan
nilai rata-rata siswa dapat dianalisis
3.
Indikator
Kerja
Indikator keberhasilan dari setiap
siklus penelitian ini adalah pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa
dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
Aktivitas
belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila terjadi peningkatan skor
rata-rata dari skor sebelumnya dan minimal berkategori aktif.
2.
Prestasi
belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila terjadi peningkatan nilai
rata-rata secara signifikan dari nilai rata-rata sebelumnya dan rata-rata nilai
siswa minimal 65 dengan presentase ketuntasan belajar klasikal 85%.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode inquiri berorintasi diskoveri dikatakan telah optimal apabila 80%
indikator aktivitas guru minimal berkategori baik.
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar (SBM). Bandung: Pustaka Setia.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, O. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
__________. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hasibuan, J.J. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: Depdikbud.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. 2003. Evaluasi yang Sukses. Jakarta: Sesama Mitra Sukses.
Nurkancana, W. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, D. 1989. Dasar-dasar Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, D. 1989. Dasar-dasar Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar